[SHARING] Pengalaman Imunisasi Anak Di Tengah Pandemi
Setelah melahirkan, hal wajib yang dilakukan para ibu adalah membawa anaknya vaksin atau yang biasa dikenal dengan imunisasi. Pentingnya imunisasi adalah untuk membentuk sistem imun pada anak agar terhindar dari penyakit. Jujur saja, sebagai ibu baru yang masih buta tentang imunisasi anak dan ragam jenisnya, saya lebih memilih mengikuti program imunisasi wajib saja atau dari pemerintah, yakni di puskesmas. Selain gratis, imunisasi di puskesmas pun juga mudah prosedurnya & cepat.
Hanya dengan membawa kartu BPJS anak & datang ke puskesmas, saya sudah bisa memberikannya bekal imunitas dan tentunya uang yang seharusnya dipakai untuk vaksin, bisa dipakai untuk keperluan anak lainnya. Sampai disini bukan pelit atau ingin gratis saja ya, tapi memang sebagai ibu harus pandai dalam mengatur keuangan. Harus paham betul mana yang perlu dan tidak, mana yang lebih diprioritaskan, dan mana budget yang sebenarnya bisa di cut. Terlebih, kami masih pasangan muda yang dalam tahap membangun ekonomi agar rumah tangga tetap sejahtera.
Namun itu dulu, sebelum virus corona masuk ke Indonesia dan sebelum pandemi berlangsung. Untuk anak saya yang usianya sudah 11 bulan, saya bersyukur karena sempat memberikannya vaksin di puskesmas beberapa kali sebelum saya putuskan untuk memberikannya vaksin di dokter spesialis anak langsung. Itu semua karena tentu saja, saya bisa menekan biaya vaksin yang bisa dibilang tidak murah bagi sebagian orang.
Beberapa vaksin yang sudah didapat oleh Ellyn anak saya adalah vaksin Hepatitis B yakni saat dia baru lahir, lalu disusul vaksin Polio & BCG saat usia 1 bulan, kemudian vaksin DPT-HiB saat usia 2,3, dan 4 bulan, terakhir vaksin MR atau yang biasa disebut Campak pada usia 9 bulan. Sebelum vaksin MR kemarin, Ellyn selalu vaksin di Puskesmas. Namun pada saat vaksin MR kemarin, saya memutuskan untuk membawa Ellyn ke dokter spesialis anak saja.
***
Ada beberapa alasan yang membuat saya membawa Ellyn vaksin di dokter spesialis anak langsung, salah satunya adalah karena pandemi ini. Di situasi seperti sekarang, saya sangat was-was untuk membawa anak saya ke puskesmas. Sebagaimana kita tahu, di puskesmas tentu lebih ramai dan banyak pasien yang ingin berobat ataupun orang yang ingin memeriksakan kesehatan mereka.
Tidak kah saya takut bila ada salah seorang yang berada di puskesmas itu positif corona atau orang tanpa gejala? Walaupun kita mematuhi protokol kesehatan, seperti jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan, tentu hal itu tidaklah cukup. Mengingat, banyak orang yang tertular walaupun patuh pada protokol kesehatan. Ya, mungkin kuncinya memang di daya tahan tubuh masing-masing, tapi akan lebih baik bila kita juga menjaga diri sendiri dan tentunya orang lain.
Karena ketakutan saya untuk membawa Ellyn vaksin ke puskesmas, terlebih saya mendapati kabar kalau puskesmas di kelurahan saya tinggal tutup karena ada salah satu Nakes yang positif corona, saya tidak ragu lagi untuk membawanya vaksin ke dokter spesialis anak langsung. Walaupun berbayar, namun saya yakin lebih minim resiko dan saya pun tidak perlu was-was berlebihan.
Setelah menghubungi dokter dan berjanji untuk vaksin, tepat harinya saya membawa Ellyn untuk mendatangi tempat praktek Dr. Iskandar Halim Sp.A di Banjarmasin. Kenapa saya memilih dokter tersebut? Karena dokter itulah yang kebetulan bisa dan mudah untuk dihubungi. Sebelumnya, saya juga sudah menghubungi beberapa DSA yang ada di kota saya tinggal yakni Banjarbaru, namun praktek dokter tempat saya biasa membawa Ellyn ternyata tutup, sedangkan yang lainnya susah untuk dihubungi dan dibuat janji. Ada juga DSA lain yang sempat saya kontak, namun biayanya lebih mahal. Alhasil, barulah saya menemukan dokter yang cocok setelah berunding dengan keluarga & dibantu untuk dihubungkan.
Saat itu, saya dan Ellyn hanya menunggu di mobil lengkap dengan masker serta face shield. Sedangkan suami saya terlebih dahulu masuk untuk menanyakan suster dan antrian. Tidak lama, suami saya keluar dan langsung menyuruh saya masuk ke tempat praktek dokter tersebut. Leganya saya ketika mendapati tempat praktek yang nyaman, bersih, kids friendly, dan tentunya tidak banyak orang. Bahkan bisa dibilang kemarin cuma saya & ada satu orang lain juga yang sedang membawa anaknya.
Kala itu usia Ellyn tepat 9 bulan, dimana saatnya pemberian vaksin MR atau Campak. Sebelum disuntik, seperti biasa Ellyn di timbang dulu beratnya dan di ukur dulu tinggi badannya. Sesekali suster menanyakan terkait tumbuh kembang serta hal apa saja yang sudah bisa dilakukan Ellyn. Hasilnya terbilang normal dan perkembangan Ellyn sudah sesuai dengan usianya. Kemudian, suster menyuruh masuk ke ruangan dokter & sesampainya di dalam, sembari dokter menyiapkan vaksin, dokter menanyakan tempat biasa Ellyn melakukan imunisasi dan kontrol. "Kalau imunisasi kemarin di puskesmas dok, sedangkan kalau kontrol biasa dengan dokter I", sahut saya.
Alangkah terkejutnya saya ketika mendengar kabar dari dokter kalau DSA tempat saya biasa membawa Ellyn, tertular corona dan sedang dirawat. Pikir saya pantas saja kemarin ketika didatangi, bertuliskan didepan pagar bahwa praktek tutup sementara. Setelah dokter menyuntikkan vaksin dan selesai, kami menuju kasir untuk membayar dan bersiap pulang ke rumah. Kami termasuk beruntung, karena setelah kami keluar pintu barulah praktek dokter ini mulai ramai, walaupun tidak seramai di puskesmas ya hehe~
***
Ada perbedaan yang saya lihat antara vaksin di puskesmas dan di dokter anak, kalau dari segi pelayanan keduanya kurang lebih ya, sama-sama ramah dan cepat juga. Namun, kalau dari segi kebersihan, kehigenisan, kenyamanan dan keakuratan, saya rasa lebih terjamin di dokter anak. Dimana tempatnya full ac, rapi dan bersih, tentu membuat ibu-ibu yang membawa anaknya lebih nyaman untuk menunggu antrian & tidak kepanasan. Ada area playgroundnya, yang sudah pasti kids friendly tentu membuat anak betah & tidak takut untuk mengunjungi dokter. Selain itu tempat penimbangan badan yang higenis dan akurat, dimana setelah bayi lain berbaring untuk di timbang, tatakan matrasnya selalu di semprot/lap lagi oleh suster dan hasil beratnya terlihat dalam bentuk digital, sehingga lebih presisi.
Berbeda dengan di puskesmas, yang mana saya pernah melihat kucing liar berbaring di tempat penimbangan bayi, dan setelahnya sama sekali tidak di lap, tapi langsung di taruh bayi lagi. Hasil beratnya pun masih terlihat dalam bentuk jarum, sehingga kurang akurat. Belum lagi, saya pernah melihat perlak yang tempat bayi berbaring itu di penuhi semut & ada seperti bekas sisa makanan. Sampai sini sudah jelas lah ya, kalau memang cukup budget menurut saya lebih baik memang vaksin ke DSA langsung, selain lebih minim resiko tertular covid, vaksin di dokter anak langsung pun lebih nyaman, spesifik & detail juga. Tidak jarang, kita pun bisa sekalian bertanya dan berkonsultasi.
Semisal masih ragu juga untuk ke dokter anak, dan ingin tempat yang lebih aman lagi, mungkin kita bisa mencoba ke rumah vaksinasi yang ada dibeberapa daerah seperti rumah vaksin Bandung. Dimana rumah vaksin ini biayanya lebih terjangkau dan tempatnya juga cukup nyaman.
Untuk saya yang dulunya buta tentang imunisasi anak, sekarang jauh lebih paham & tidak bingung lagi seputar jenis imunisasi anak karena semua informasi bisa saya dapatkan melalui halodoc. Selain itu, saya bisa langsung mencari serta bertanya dengan dokter umum/spesialis melalui chat yang mana sangat praktis, bisa dimana saja, dan kapan saja. Saya juga bisa mengatur janji bertemu dengan dokter bila hendak periksa atau kontrol kesehatan.
Terlebih, di aplikasi halodoc saya bisa membeli obat dan vitamin yang tentunya diantar langsung dalam 60 menit. Sangat membantu sekali untuk saya yang kadang tidak sempat atau lupa membeli obat karena terlalu asik mengurus anak dan pekerjaan lain. Sekarang, beli obat dan vitamin pun cukup dari rumah saja, apalagi kalau yang rumahnya jauh dengan apotek ya, tentu sangat dimudahkan dengan aplikasi halodoc.
Setelah ini, Ellyn kedepannya akan imunisasi di DSA saja, meskipun pandemi sudah selesai, karena memang perasaan was-was itu masih ada. Sama saja seperti kebiasaan mencuci tangan, jaga jarak, memakai masker, tentu saya rasa akan jadi lifestyle walaupun pandemi sudah berlalu. Semoga saja ke depannya nanti akan lebih baik, vaksin covid-19 cepat ditemukan, dan kita semua bisa bebas bepergian atau beraktivitas seperti sedia kala. Stay safe & healthy!
- INSTAGRAM: @melisacarolline
- FACEBOOK: Lisa Lim
- TWITTER: @lisaa_lim
- EMAIL: melisacarollina@gmail.com
0 komentar
Thankyou for visiting my blog :) Don't forget to click notify me, if you want to comment this post and I will reply it soon ^^
PENTING!!! Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup saat berkomentar. Komentar yang berisi link hidup, spam, promosi & jualan akan di hapus. Thankyou